I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berbagai jenis
makanan yang sering dikonsumsi sehari-hari terdiri dari berbagai macam
kandungan yang dibutuhkan oleh tubuh manusia. Seperti karbohidrat, protein,
mineral, lemak, dan vitamin. Kelima komponen tersebut harus ada dalam tubuh
manusia untuk mencukupi gizi yang dibutuhkan oleh tubuh setiap harinya.
Jenis makanan
yang dikonsumsi sebagian besar mengandung air yang berlebihan. Terdapat jumlah
kandungan air yang berbeda pada setiap bahan pangan dan hal itu dapat ditentukan
dengan berbagai metode dan prinsip. Selain kadar air, kadar abu juga merupakan
satu hal yang penting dalam suatu bahan pangan. Kadar abu juga berbeda untuk
setiap jenis bahan pangan.
Salah satu
metode yang digunakan untuk menetapkan Kadar air pada suatu bahan adalah dengan
menggunakan metode “Penetapan air dengan metode oven“, yaitu suatu metode yang
dapat digunakan untuk seluruh produk makanan, kecuali produk tersebut
mengandung komponen-komponen yang mudah menguap atau jika produk tersebut
mengalami dekomposisiPenentuan kadar air dan kadar abu sangat penting utuk
diketahui. Bagaimana proses penentuannya dan apasaja kelebihan serta kekurangan
dari metode-metode penentuan kadar air dan kadar abu. Berdasarkan hal di atas
maka perlu dilakukan praktikum mengenai kadar air dan kadar abu agar mahasiswa
juga mengetahui metode penentuan kadar air dan kadar abu pada bahan pangan.
B. Tujuan dan Kegunaan
Tujuan dari
praktikum penentuan kadar air dan kadar abu antara lain sebagai berikut.
1. Untuk mengetahui cara pengukuran kandungan kadar abu dan kadar
air yang terdapat pada beberapa
bahan pangan.
2. Untuk mengetahui prinsip metode oven dan metode tanur.
Kegunaan dari praktikum ini
adalah agar dapat mengetahui dan memperkirakan penanganganan yang sesuai untuk beberapa bahan pangan dan
juga untuk mengetahui bahan pangan yang baik atau tidak untuk dikonsumsi,
sehingga hal ini dapat dijadikan sebagai
referensi untuk disesuaikan dengan asupan kebutuhan mineral
pada tubuh.
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Ikan
Teri
Ikan teri
merupakan produk makanan laut yang mempunyai nilai ekonomis tinggi. Produksi
dan permintaan ikan cukup tinggi di masyarakat Indonesia. Di sisi lain,
penanganan ikan pasca penangkapan masih dilakukan secara tradisional.
Pengolahan dan pengawetetan ikan umumnya dilakukan dengan proses pengeringan
alami yakni dengan menjemur ikan di bawah terik sinar matahari maupun dengan
metode pengasapan (smoking) di musim penghujan. Dengan metode pengeringan alami
dan pengasapan, ada kendala berkenaan dengan efisiensi pengeringan dan kualitas
ikan teri serta kekurangan lainnya (Setyoko, 2008).
Ikan
Teri (Stolephorus commersoni) tubuhnya ramping kecil, panjang kurang dari 12 cm,
mulutnya lebar sampai lewat belakang mata , rahang bawah lebih pendek dari pada
rahang atas, moncongnya tumpul.sirip dubur dimulai dari tepat di bawah belakang
dari sirip punggung,. Jenis ikan teri ini umumnya hidup di dekat pantai, tetapi
pula yang masuk ke muara –muara sungai di air payau, kebanyakan ikan teri hidup
dalambergerombolan sangat besar. Sebetulnya banyak sekali nama ikan teri ini
atau spesiesnya, ikan teri ini memmpunyai ari yang besar dalam perdagang
indonesia dan bernilai ekonomis (Purnomo, 2011).
SNI
2708-03-2009 menyatakan bahwa kadar air dalam ikan teri tering berkisar
antara 18,974% sampai 21,535% dan
memiliki kadar abu berkisar antara 13,521% sampai 10,055%. Ikan teri kering
memiliki Aw yang berkisar antara 0,751% sampai 0,783% (Suyani, 2002).
B. Kadar
Air
Kadar
air merupakan banyaknya air yang terkandung dalam bahan yang dinyatakan dalam
persen. Kadar air juga salah satu karakteristik yang sangat penting pada bahan
pangan, karena air dapat mempengaruhi penampakan, tekstur, dan cita rasa pada
bahan pangan. Kadar air dalam bahan pangan ikut menentukan kesegaran dan daya
awet bahan pangan tersebut, kadar air yang tinggi mengakibatkan mudahnya
bakteri, kapang, dan khamir untuk berkembang biak, sehingga akan terjadi
perubahan pada bahan pangan (Winarno, 1997).
Sifat dari metode analisa
kadar air dengan menggunakan metode oven berdasarkan pada gravimetri, yaitu
berdasarkan pada selisih berat sebelum pemanasan dan setelah pemanasan.
Sehingga sebelum dilakukan analisa, terlebih dahulu dilakukan penimbangan cawan
yang akan dipergunakan untuk mengeringkan sample. Penimbangan dilakukan sampai
berat cawan konstan, yaitu dengan memanaskan cawan dalam oven pada suhu 100-105 oC selama 1 jam (Anonim, 2011).
C. Kadar
Abu
Kadar abu merupakan campuran dari
komponen anorganik atau mineral yang terdapat pada suatu bahan pangan. Bahan
pangan terdiri dari 96% bahan anorganik dan air, sedangkan sisanya merupakan
unsur-unsur mineral. Bahan-bahan organik dalam proses pembakaran akan terbakar
tetapi komponen anorganiknya tidak, karena itulah disebut sebagai kadar abu (Astuti,
2011).
Abu merupakan residu anorganik dari
hasil pengabuan. Kadar abu ditentukan dengan cara mengukur residu setelah
sampel dioksidasi pada suhu 500-600 ˚C dan mengalami volatilisasi. Untuk pengabuan yang sempurna, pemanasan
dilakukan sampai warna sampel menjadi seragam dan berwarna abu-abu sampai putih,
serta bebas dari sisa sampel yang tidak terbakar (Estiasi, 2012).
Kadar mineral dalam bahan pangan
mempengaruhi sifat fisik bahan pangan serta keberadaannya dalam jumlah tertentu
mampu menghambat pertumbuhan mikroorganisme jenis tertentu (Suhartini, 2012).
D.
Penentuan kadar Air dengan Metode Oven
Prinsip
dari metode oven pengering adalah bahwa
air yang terkandung dalam suatu bahan akan menguap bila bahan tersebut
dipanaskan pada suhu 105˚C selama waktu tertentu. Perbedaan antara berat
sebelum dan sesudah dipanaskan adalah kadar air (Anonim, 2011).
Dengan mengatur panas,
kelembaban, dan kadar air, oven dapat digunakan sebagai dehydrator. Waktu yang diperlukan adalah sekitar 5-12 jam. Lebih
lama dari dehydrator biasa. Agar
bahan menjadi kering, temperature oven harus di atas 140˚Fahrenheit. Kelebihan metode
oven adalah suhu dan kecepatan proses
pengeringan dapat diatur sesuai keinginan, tidak terpengaruh cuaca,
sanitisi dan higiene dapat
dikendalikan. Kelemahan metode oven adalah memerlukan
keterampilan dan peralatan khusus, serta biaya lebih tinggi dibanding
pengeringan alami (Anonim, 2012).
dikendalikan. Kelemahan metode oven adalah memerlukan
keterampilan dan peralatan khusus, serta biaya lebih tinggi dibanding
pengeringan alami (Anonim, 2012).
E. Penentuan Kadar Abu dengan metode
Tanur
Kadar
abu yang yang terukur merupakan bahan-bahan anorganik yang tidak terbakar dalam
proses pengabuan, sedangkan bahan-bahan organik terbakar. Kadar abu dalam suatu
bahan pangan sangat mempengaruhi sifat dari bahan pangan tersebut. Kandungan
abu dan komposisinya bergantung pada macam bahan dan cara pengabuan yang
digunakan (Winarno, 1991).
keuntungan dari metode tanur adalah
penggunaannya yang aman, hanya membutuhkan reagen dalam jumlah sedikit, beberapa
sampel dapat dianalisis secara bersamaan, tidak memerlukan tenaga kerja yang
intensif, dan abu yang dihasilkan dapat dianalisis untuk penentuan kadar
mineral. Sementara kelemahan metode ini adalah memerlukan waktu lama, biaya
listrik yang lebih tinggi untuk memanaskan tanur dan kehilangan mineral yang
dapat menguap pada suhu tinggi (Suhartini, 2012).
III. METODOLOGI PRAKTIKUM
A. Waktu
dan Tempat
Praktikum Aplikasi Teknik
Laboratorium ini dilaksanakan pada hari Rabu,
tanggal 24 Oktober 2013 pukul 08.30 – 12.00 WITA. Bertempat di
Laboratorium Kimia Analisa & Pengawasan Mutu Pangan, Program Studi Ilmu dan
Teknologi Pangan, Jurusan Teknologi Pertanian, Universitas Hasanuddin,
Makassar.
B. Alat
dan Bahan
Alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah
sebagai berikut.
-
oven
-
tanur
-
timbangan
analitik
-
cawan
-
desikator
-
gegep
Bahan-bahan
yang digunakan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut.
-
ikan
teri
-
tahu
-
biskuit
-
apel
-
telur
puyuh
C.
Prosedur Kerja
Kadar Air
1) Panaskan cawan dalam tanur (750˚C).
2) Cawan didinginkan dalam desikator.
3) Timbang berat kosong cawan.
4) Timbang bahan sebanyak 5 gram.
5) Panaskan cawan dan bahan dalam oven
selama tiga jam.
6) Dinginkan dalam desikator selama 10
menit.
7) Timbang berat cawan+bahan
8) Masukkan kembali dalam oven sampai
berat konstan.
Kadar Abu
1)
Panaskan
cawan dalam tanur.
2)
Dinginkan
dalam desikator selama 10 menit
3)
Timbang
bahan sebanyak 5 gram.
4)
Timbang
cawan.
5)
Panaskan
cawan + bahan dalam tanur pada suhu 750˚C.
6)
Dinginkan
kembali ke dalam desikator selama 10 menit.
7)
Timbang
berat cawan + bahan.
8)
Hitung
berat abu.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Tabel 04. Hasil dari
praktikum ini adalah sebagai berikut
No
|
Bahan
|
Kadar
Air
|
Kadar
Abu
|
|
Basis
Kering
|
Basis
Basah
|
|||
1
|
Biskuit
|
1,46%
|
1,45%
|
1,16%
|
2
|
Ikan
Teri
|
20%
|
17%
|
11,76%
|
3
|
Tahu
|
670,109%
|
87,03%
|
0,29%
|
4
|
Apel
|
365%
|
78%
|
0,82%
|
5
|
Telur Puyuh
|
552,30%
|
84,67%
|
0,94%
|
Sumber
: Data Sekunder Praktikum ATL, 2013.
B.
Pembahasan
Bahan yang digunakan pada
praktikum penentuan kadar air dan kadar abu adalah ikan teri. Ikan teri adalah
ikan yang tubuhnya ramping kecil dan panjang kurang dari 12 cm, yang diolah
dengan cara dikeringkan. Pada umumnya proses pengeringan ikan teri asih dilakukan
dengan cara tradisional, yaitu dengan cara menjemur ikan teri di bawah sinar
matahari. Ikan teri dalam kehidupan sehari-hari sudah sangat populer dikalangan
masyarakat Indonesia. Ini dikarenakan ikan teri memiliki nilai ekonomis dengan
harga yang mampu dijangkau oleh semua masyarakat. Hal ini sesuai dengan Purnomo
(2011) yang menyatakan bahwa ikan teri ini mempunyai ari yang besar dalam
perdagang indonesia dan bernilai ekonomis.
Sebelum dilakukan pengeringan berat ikan teri adalah 5,12
gram dan setelah pengeringan beratnya susut
menjadi 4,26 gram. Sedangkan untuk cawan beratnya adalah 53,08 gram. Jadi kehilangan berat bahan
pada ikan teri setelah dilakukan pengeringan adalah sebesar 0,86 gram, sehingga
persentase kadar air yang diperoleh dengan cara membagi kehilangan berat dengan
berat bahan kemudian dikalikan seratus persen (dry bassis)
adalah sebesar 20%. Ikan teri tersebut telah memenuhi
standar kadar air SNI 2708-03-2009 yang menyatakan bahwa kadar air dalam ikan teri tering berkisar antara 18,974% sampai 21,535%. Hal ini sesuai dengan Suyani (2002) yang menyatakan bahwa
menurut SNI 2708-03-2009 kadar air dalam ikan teri tering berkisar
antara 18,974% sampai 21,535%.
adalah sebesar 20%. Ikan teri tersebut telah memenuhi
standar kadar air SNI 2708-03-2009 yang menyatakan bahwa kadar air dalam ikan teri tering berkisar antara 18,974% sampai 21,535%. Hal ini sesuai dengan Suyani (2002) yang menyatakan bahwa
menurut SNI 2708-03-2009 kadar air dalam ikan teri tering berkisar
antara 18,974% sampai 21,535%.
Berat
ikan teri sebelum dilakukan proses pengabuan adalah
sebesar 5,02 gram. Dan setelah proses pengabuan beratnya
menjadi 0,59 gram. Jadi total kadar abu pada ikan teri yang diperoleh dengan cara membandingkan berat ikan teri sesudah pembakaran dengan berat ikan teri sebelum pembakaran kemudian dikali dengan 100% adalah sebesar 11%. Dari hasil yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa ikan teri tersebut telah memenuhi standar kadar abu seperti yang dicantumkan dalam SNI bahwa kadar abu ikan teri antara 13,521% sampai 10,055%. Hal ini sesuai dengan Suyani (2002) yang menyatakan bahwa
SNI 2708-03-2009 kadar abu berkisar antara 13,521% sampai 10,055%.
sebesar 5,02 gram. Dan setelah proses pengabuan beratnya
menjadi 0,59 gram. Jadi total kadar abu pada ikan teri yang diperoleh dengan cara membandingkan berat ikan teri sesudah pembakaran dengan berat ikan teri sebelum pembakaran kemudian dikali dengan 100% adalah sebesar 11%. Dari hasil yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa ikan teri tersebut telah memenuhi standar kadar abu seperti yang dicantumkan dalam SNI bahwa kadar abu ikan teri antara 13,521% sampai 10,055%. Hal ini sesuai dengan Suyani (2002) yang menyatakan bahwa
SNI 2708-03-2009 kadar abu berkisar antara 13,521% sampai 10,055%.
Penentuan
kadar air dilakukan dengan metode oven. Prinsip kerja oven pengering adalah bahwa
air yang terkandung dalam suatu bahan akan menguap bila bahan tersebut
dipanaskan pada suhu 105˚C selama waktu tertentu. Pada praktikum penentuan
kadar air digunakan metode oven. Kelebihan metode ini adalah kecepatan
proses pengeringan dapat diatur sesuai
keinginan. Sedangkan kelemahan metode oven adalah biaya lebih tinggi dibanding
pengeringan alami. Hal ini sesuai dengan
Anonim (2012) yang menyatakan bahwa kelebihan metode oven adalah suhu dan kecepatan proses pengeringan dapat diatur sesuai keinginan, tidak terpengaruh cuaca, sanitisi dan higiene dapat dikendalikan. Kelemahan metode oven adalah memerlukan keterampilan dan peralatan khusus, serta biaya lebih tinggi dibanding pengeringan alami.
Anonim (2012) yang menyatakan bahwa kelebihan metode oven adalah suhu dan kecepatan proses pengeringan dapat diatur sesuai keinginan, tidak terpengaruh cuaca, sanitisi dan higiene dapat dikendalikan. Kelemahan metode oven adalah memerlukan keterampilan dan peralatan khusus, serta biaya lebih tinggi dibanding pengeringan alami.
Penentuan
kadar abu dilakukan dengan metode tanur. Prinsip kerja tanur adalah dengan
menggunakan tanur ( 500˚C – 600 ˚C) selama ± 3 jam. Pada metode ini, air dan
bahan volatile lain diuapkan kemudian
zat- zat organik dibakar hingga menghasilkan CO2, H2O dan
N2. Penentuan kadar abu dengan metode tanur ini memiliki kelebihan
yaitu penggunaannya yang aman, hanya membutuhkan reagen dalam jumlah sedikit, beberapa
sampel dapat dianalisis secara bersamaan sedangkan kelemahan metode ini adalah
memerlukan waktu lama, biaya listrik yang lebih tinggi untuk memanaskan tanur.
Hal ini sesuai dengan Suhartini (2012)
yang menyatakan bahwa keuntungan dari metode tanur adalah penggunaannya yang
aman, hanya membutuhkan reagen dalam jumlah sedikit, beberapa sampel dapat
dianalisis secara bersamaan, tidak memerlukan tenaga kerja yang intensif, dan abu
yang dihasilkan dapat dianalisis untuk penentuan kadar mineral. Sementara
kelemahan metode ini adalah memerlukan waktu lama, biaya listrik yang lebih
tinggi untuk memanaskan tanur dan kehilangan mineral yang dapat menguap pada
suhu tinggi.
V.PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesimpulan dari
praktikum ini adalah:
1. Untuk
menentukan kadar air yang harus dilakukan adalah mengurangkan berat bahan
sebelum pengeringan dengan berat bahan sesudah pengeringan dari oven. Sedangkan untuk menentukan kadar abu
adalah dengan cara membagi berat bahan sebelum pengabuan dan berat bahan
sesudah pengabuan.
2. Prinsip kerja penentuan
kadar air dengan metode
oven adalah dengan cara mengeringkan bahan pada suhu tinggi ,
sehingga air yang
terkandung dalam bahan pangan tersebut menguap. Penentuan
kadar abu dengan metode
oven yaitu dengan membakar bahan hingga menghilangkan unsur organiknya dan
menyisakan unsur anorganik dan mineral.
B. Saran
Saran
untuk praktikum Penentuan Kadar Abu dan Kadar Air adalah agar selalu menjaga
kebersihan laboratorium agar paraktikum berjalan baik tanpa terkontaminasi dari
benda-benda asing yang akan berdampak kurang baik pada praktikum.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2011. Kadar Air Pada Bahan Pangan. http://yogyamerah.
blogspot.com/2011/10/kadar-air-pada-bahan-pangan.html. Diakses Pada Tanggal 28 Oktober 2013, Makassar.
blogspot.com/2011/10/kadar-air-pada-bahan-pangan.html. Diakses Pada Tanggal 28 Oktober 2013, Makassar.
Anonim, 2012. Penetapan Kadar Air Metode
Oven Pengering.
http://wulaniriky.wordpress.com/2011/01/19/penetapankadar-air-Metode-Oven-pengering-an. Diakses Pada Tanggal 28 Oktober 2013, Makassar.
http://wulaniriky.wordpress.com/2011/01/19/penetapankadar-air-Metode-Oven-pengering-an. Diakses Pada Tanggal 28 Oktober 2013, Makassar.
Astuti,2011. Kadar Abu. http://astutipage.wordpress.com/tag/kadar-abu/. Diakses
Pada Tanggal 28 Oktober 2013, Makassar.
Bambang, Setyoko. 2008. Pegeringan Ikan Teri http://
quotablewoman.blogspot.com/2011/09/pengeringan-ikan-teri-dengan-sis tem.html.
Diakses Pada Tanggal 28 Oktober 2013, Makassar
Edy, purnomo. 2011. Literatur
Ikan http:// wwwedy
purnomo.blogspot.com/p/literatur-iktiologi.html.
Diakses Pada Tanggal 28 Oktober 2013, Makassar
Neneng, suhartini. 2012. Penentuan Kadar Abu. http://chemistryofdrizzle.blogspot.com/2012/09/penentuan-kadar-abu.
html. Diakses Pada Tanggal 28 Oktober 2013, Makassar.
Teti, Estiasih. 2012. Analisis Kadar Abu dan Mineral. http://blog.ub.ac.id/dermolen/files/2012/04/4._Analisis_Kadar_Abu_dan_Mineral.pdf.
Diakses Pada Tanggal 28 Oktober 2013, Makassar
Winarno, F.G. 1991. Kimia Pangan dan Gizi.
Gramedia; Jakarta.
sangat bermanfaat. makasih admin
ReplyDelete