LAPORAN
PRAKTIKUM
APLIKASI PERUBAHAN KIMIA PANGAN
EVALUASI MUTU SARI BUAH

KELOMPOK III
RIZKA AULIA SAFARNI (G31112007)
TRY
PERMATA SIADE (G31112101)
ERNAWATI
BINTI MUSTAMAR (G31112005)
SAIFULLAH
MASDAR (G31112268)
AINUN
MADLIYAH SAWEDI (G31112002)
ASISTEN :
NUR AZIZAH AMIN
LABORATORIUM KIMIA ANALISA DAN
PENGAWASAN MUTU PANGAN
PROGRAM STUDI ILMU DAN TEKNOLOGI
PANGAN
JURUSAN TEKNOLOGI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2013
I. PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Buah-buahan di Indonesia cukup beragam, buah yang dihasilkan
umumnya dijadikan sebagai buah yang dikonsumsi segar. Namun dalam keadaan
tertentu buah yang dihasilkan cukup banyak jumlahnya, misalnya pada saat panen
raya.Dalam kondisi tersebut buah tersedia secara berlebihan sehingga diperlukan
alternatif untuk memanfaatkannya dengan menjadikan buah sebagai produk
olahan.Dengan melakukan pengolahan terhadap buah maka harga jual dapat
meningkat, masa simpan menjadi lama dan jangkauan pemasaran lebih luas.
Sari buah jeruk merupakan salah satu produk olahan buah yang
paling banyak ditemukan dipasaran. Sari buah tersebut dari cairan buah (juice) jernih atau keruh buah jeruk
dengan proses mekanis, dan memiliki karakteristik warna, bau dan flavor seperti
buah asalnya sehingga konsumen masih dapat menikmati cita rasa buah jeruk pada
saat bukan musimnya. Jeruk seringkali diolah menjadi sari buah karena kandungan
vitaminnya tinggi, kandungan air yang banyak, dan kadar pektinnya yang rendah.
Jeruk mengandung vitamin C yang tinggi, namun akan menurun
akibat proses pengolahan. Pemansan merupakan salah satu faktor terpenting dalam
pengolahan vitamin C karena vitamin C mempunyai sifat yang mudah teroksidasi
oleh panas. Berdasarkan uraian di atas, praktikum ini dilakukan untuk
mengetahui pengaruh pemanasan pada sari buah terhadap tingkat kehilangan
vitamin C, mengamati efek beberapa jenis asam yang ditambahkan, dan efek dari
proses penjernihan dan penambahan antioksidan terhadap kualitas sari buah.
B. Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai
dari praktikum ini, yaitu :
1.
Untuk
mengetahui pengaruh pemanasan terhadap mutu sari buah berdasarkan tingkat
kehilangan vitamin C.
2.
Untuk
mengetahui efek beberapa jenis asam yang ditambahkan terhadap kualitas sari
buah.
3.
Untuk
mengetahui efek dari proses penjernihan dan penambahan antioksidan terhadap
kualitas sari buah.
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Sari Buah
Sari buah
jeruk adalah sari buah yang diperoleh dengan memeras atau menekan isi buah
jeruk.Diminum di banyak tempat di dunia, sari buah jeruk biasanya menjadi
bagian makan pagi atau sarapan. Sari buah jeruk segar memiliki rasa buah alami
dan sedikit asam, dan mengandung
banyak vitamin C (Anonim, 2009).
banyak vitamin C (Anonim, 2009).
Buah yang
cocok digunakan dalam pembuatan sari buah jernih, tentunya buah yang mengandung
kadar pektin rendah. Adanya kandungan pektin yang tinggi pada buah akan
menyebabkan viscositas sari buah
menjadi lebih viscous. Untuk itu dalam pembuatan sari buah diperlukan
tahap penjernihan atau filtrasi, agar produk sari buah menjadi lebih
jernih (Nuhgraha, 2008).
menjadi lebih viscous. Untuk itu dalam pembuatan sari buah diperlukan
tahap penjernihan atau filtrasi, agar produk sari buah menjadi lebih
jernih (Nuhgraha, 2008).
Kotoran yang
melekat pada kulit buah dihilangkan dengan cara mencuci buah menggunakan air
bersih yang mengalir. Bila perlu buah dicuci dalam larutan yang mengandung
chlorine 0,1%. Fungsi chlorine di sini
untuk membunuh mikroba yang mungkin menempel pada permukaan kulit buah (Satuhu, 2004).
untuk membunuh mikroba yang mungkin menempel pada permukaan kulit buah (Satuhu, 2004).
Sari buah yang
dijual dipanaskan mengandung vitamin yang tinggi yang berasal dari ekstrak
buah, namun ada pula sari buah yang memiliki kandungan vitamin C yang sedikit
diakibatkan oleh proses pengolahan. Pemanasan merupakan salah satu faktor
terpenting dalam pengolahan vitamin khususnya vitamin C karena vitamin C mempunyai
sifat yang mudah teroksidasi oleh panas (Ishak, 2009).
Jenis-jenis
sari buah yang beredar di pasar menurut Nugraha (2008) adalah :
1.
Sari
buah segar kemasan. Umumnya hanya boleh disimpan 7 hingga 10 hari karena tidak
terdapat bahan tambahan dan pengawet. Produk ini jarang terdapat di pasar.
2.
Sari
buah murni. Kebanyakan adalah sari buah murni yang kental dan dilarutkan dengan
air. Setelah melalui proses steril dengan cara pemanasan, akan hilang sebagian
vitaminnya dan rasanya juga berubah sedikit.
3.
Konsentrat
sari buah. Sari buah semacam ini mengandung banyak zat gula dan bahan tambahan.
Rasanya dapat diatur menurut selera peminumnya.
4.
Minuman
sari buah. Ada yang mengandung dan yang tidak mengandung gas, kadar sari
buahnya juga berlainan.
Faktor penentu aspek kualitas dari
produk sari buah yang akan dibuat
menurut Sudarmatoso (2012) adalah :
1.
Sortasi
dan pengupasan. Sortasi dilakukan sebagai pemilihan ulang agar dapat hasil yang
seragam. Serta dilakukan pengupasan dengan tujuan untuk bagian-bagian yang
tidak dikehendaki maupun bagian yang tidak bisa dimanfaatkan.
2.
Pemotongan
dan pencucian. Pemotongan dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh
potongan-potongan buah, sehingga pada saat diekstrak cairan yang ada di dalam
buah dapat secara optimum terekstrak. Pencucian dimaksudkan untuk menghilangkan
kotoran-kotoran atau noda debu yang tidak dikehendaki.
3.
Ekstaksi.
Ekstraksi merupakan salah satu cara pemisahan komponen-komponen dari suatu
sistem campuran, baik berupa campuran padat-padatan, padatan cairan, maupun
cairan-cairan. Produk utama yang dikehendaki daei ekstraksi adalah ekstraknya.
Sedangkan ampas atau residunya merupakan hasil samping.
B. Vitamin C
Vitamin
yang tergolong larut dalam air adalah vitamin C.
Asam askorbat atau vitamin C sangat mudah teroksidasi secara
revesibel menjadi asamL-dehidroaskorbat. Asam L-dehidroaskorbat
secara kimia sangat labildan dapat mengalami perubahan lebih lanjut
menjadi asam L-diketogulonat yang tidak memiliki keaktifan vitamin C
lagi. Proses oksidasi tersebut dapat dipercepat oleh panas, sinar, alkalis
dan enzim (Winarno, 2004).
Asam askorbat atau vitamin C sangat mudah teroksidasi secara
revesibel menjadi asamL-dehidroaskorbat. Asam L-dehidroaskorbat
secara kimia sangat labildan dapat mengalami perubahan lebih lanjut
menjadi asam L-diketogulonat yang tidak memiliki keaktifan vitamin C
lagi. Proses oksidasi tersebut dapat dipercepat oleh panas, sinar, alkalis
dan enzim (Winarno, 2004).
Vitamin C juga berperan penting dalam
membantu penyerapan zat besi dan mempertajam kesadaran. Sebagai antioksidan ia
mampu menetralkan radikal bebas di seluruh tubuh. Melalui pengaruh pencahar,
iadapat meningkatkan pembuangan feses atau kotoran. Tak heran bila berlebihan,
vitamin ini dapat mengakibatkan diare.Untuk pencegahan kurangi konsumsinya,
atau ganti dengan natriumaskorbat (Anonim, 2009).
C. Jeruk (Citrus L)
Jeruk atau limau adalah semua tumbuhan
berbunga anggota marga Citrus dari suku Rutaceae (suku jeruk-jerukan).
Anggotanya berbentuk pohon dengan buah yang berdaging dengan rasa masam yang
segar, meskipun
banyak di antara anggotanya yang memiliki rasa manis. Rasa masam berasal dari kandungan asam sitrat yang memang menjadi terkandung pada semua anggotanya (Wikipedia, 2013).
banyak di antara anggotanya yang memiliki rasa manis. Rasa masam berasal dari kandungan asam sitrat yang memang menjadi terkandung pada semua anggotanya (Wikipedia, 2013).
Klasifikasi buah jeruk menurut
Anonim (2009) adalah:
Buah jeruk merupakan salahsatu jenis buah yang paling
banyak digemari oleh masyarakat.Oleh karena itu tidakmengherankan jika
perkembangan tanaman jeruk mengalami perubahan populasi yangcukup tajam.Pada
saat ini sebagian petani buah menyadari bahwa komoditasbuahjeruk memang dapat
meningkatkan taraf hidup masyarakat, terutama jenis komoditasjeruk keprok
(Anonim, 2013).
D. Pengaruh Pemanasan terhadap
Vitamin C
Sari buah yang dijual mengandung
vitamin yang tinggi yang berasal dari ekstrak buah, namun ada pula sari buah
yang memiliki kandungan vitamin C yang sedikit diakibatkan oleh proses
pengolahan. Pemanasan merupakan salah satu faktor terpenting dalam pengolahan
vitamin khususnya vitamin C karena vitamin C mempunyai sifat yang mudah
teroksidasi oleh panas.cahaya, dan logam, Oleh karena itu penggunaaan vitamin C
sebagai antioksidan semakin sering dijumpai (Winarno, 2004).
Pemanasan sari buah dapat
menyebabkan perubahan kimiawi dan fisis pada sari buah tersebut antara lain
perubahan warna, perubahan rasa, dan perubahan aroma yang dapat mempengaruhi
mutu sari buah tersebut. Pigmen-pigmen sari buah dapat berubah oleh
pengolahan.Klorofil dalam sari buah mudah terdegradasi oleh pengaruh panas,
asam, alkali atau enzim.Karotenoid mudah rusak oleh pemanasan kering dan
oksidasi.Antosianin sangat mudah larut dalam air dan dapat bereaksi dengan
logam-logam yang terdapat pada air pencuci atau perendam ataupun pada saat
pemasakan. Antoxantin akan kehilangan warnanya bila dimasak dalam air yang
pHnya lebih dari enam
atau bila bereaksi
dengan logam atau
tanin. Aroma dan cita rasa sari
buah akan mengalami perubahan akibat pemanasan yang lama yaitu penurunan atau
kerusakan karena oksidasi dan proses penguapan saat pemanasan. Begitu pula pada
kenampakan sari buah akan mengalami penurunan mutu akibat oksidasi dan
pemanasan yang lama. Kejernihan
pada sari buah akan tampak keruh dalam
pengolahan, yaitu rusak karena pengaruh pemanasan. vitamin C yang terdapat dalam sari
buah akan lebih mudah larut dengan pemanasan, tanpa pemanasan sebagian dari
vitamin masih tertinggal dalam ampas. Kandungan vitamin C yang sedikit kemudian
dilakukan pemanasan maka kadar vitamin C yang dihasilkan akan semakin kecil (Anonim, 2010).
Proses pemanasan yang dilakukan pada
pembuatan sari buah adalah proses pasteurisasi. Proses pasteurisasi merupakan
proses pemanasan dengan suhu yang relatif cukup rendah (dibawah 100°C) dengan
tujuan untuk menginaktifasi enzim dan membunuh mikroba patogen (yang
menyebabkan sakit). Pemilihan proses ini didasarkan pada sifat produk yang
relatif asam sehingga mikroba menjadi lebih sensitif terhadap panas ,juga untuk
meminimalkan rusaknya beberapa zat gizi seperti vitamin C. Pada umumnya semakin
tinggi suhu dan semakin lama waktu pemanasan maka semakin tinggi tingkat
inaktivasi mikroba dan enzim-enzim,
tetapi disisi lain dapat menyebabkan tingginya kerusakan zat gizi dan
cita rasa (Julianti, 2010).
III.
METODOLOGI PRAKTIKUM
A. Waktu
dan Tempat Praktikum
Praktikum Aplikasi
Perubahan Kimia Pangan dengan judul Evaluasi Mutu Sari Buah, dilaksanakan pada
hari Selasa, 01 Oktober 2013
pukul 09.50-13.00 WITA, bertempat di Laboratorium Kimia Analisa dan Pengawasan Mutu Pangan, Program Studi Ilmu dan Teknologi Pangan, Jurusan Teknologi Pertanian, Fakultas Pertanian Universitas Hasanuddin, Makassar.
pukul 09.50-13.00 WITA, bertempat di Laboratorium Kimia Analisa dan Pengawasan Mutu Pangan, Program Studi Ilmu dan Teknologi Pangan, Jurusan Teknologi Pertanian, Fakultas Pertanian Universitas Hasanuddin, Makassar.
B. Alat
dan Bahan
Alat-alat yang digunakan dalam praktikum
ini, yaitu :
- erlenmeyer
- kain saring
- pipet volume - pisau
- hot
plate
- wadah/ baskom
- gelas kimia
- alat peras jeruk
Bahan-bahan yang digunakan dalam
praktikum ini, yaitu :
- jeruk 1 kg
- aluminium foil
- kertas label - aquadest
- tissueroll
C. Prosedur Praktikum
1.
Membuat
Sari Buah
-
Kulit
buah dikupas, lalu diambil sarinya dengan cara disaring ke dalam gelas jar
sebanyak 500 ml.
-
Dibagi
ke dalam 5 erlenmeyer, volume 60 ml.
-
Dipanaskan
di hot platepada suhu 50o
C selama 5 menit.
-
Dipanaskan,lalu
diambil 10 ml kemudian diencerkan 100 ml.
-
Diencerkan,lalu
diambil 25 ml untuk dititrasi.
-
Diamati
organoleptiknya, berupa warna, aroma, rasa, kenampakan.
2.
Titrasi
Vitamin C
-
Diambil
10 ml sari buah dan disimpan dalam labu takar 100 ml. Kemudian diencerkan
hingga batas tera.
-
Dipipet
sebanyak 25 ml ke dalam erlenmeyer.
-
Ditetesi
dengan indikator pati 3 tetes.
-
Dititrasi
dengan iod 0,1 N hingga berubah menjadi warna biru.
-
Dihitung
persentase vitamin C.
D. Perlakuan
Perlakuan
pada praktikum Evaluasi Mutu Sari Buah adalah :
A1
= dipanaskan selama 5 menit
A2
= dipanaskan selama 10 menit
A3
= dipanaskan selama 15 menit
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Hasil yang diperoleh dari
praktikum ini adalah sebagai berikut :
Tabel
05. Hasil Uji
Organoleptik Sari Buah Jeruk
Perlakuan
|
Sebelum
pemenasan
|
Setelah
pemanasan
|
||||
Warna
|
Aroma
|
Kejernihan
|
Warna
|
Aroma
|
Kejernihan
|
|
A1
|
Orange
|
Khas
jeruk
|
Jernih
|
Kuning
|
Khas
jeruk berkurang
|
Keruh
|
A2
|
Orange
pekat
|
Khas
jeruk
|
Keruh
|
Kuning
tua
|
Khas
jeruk berkurang
|
Keruh
|
A3
|
Orange
cerah
|
Khas
jeruk
|
Jernih
|
kuning
|
Khas
jeruk berkurang
|
Keruh
|
Sumber : Data primer
praktikum APKP 2013
Tabel 06. Hasil Pengukuran Total Vitamin C
Sari Buah Jeruk
Perlakuan
|
Sebelum
pemanasan
|
Setelah
pemenasan
|
A1
|
0.05984
|
0.05984
|
A2
|
0.07744
|
0.0528
|
A3
|
0.049
|
0.07
|
Sumber
: Data sekunder praktikum APKP 2013
B. Pembahsan
·
Warna
Hasil pratikum mutu sari buah pada
parameter warna yang terjadi pada perlakuan A2 warnanya orange
pekat, hal ini terjadi karena jeruk yang digunakan itu beda-beda ada yang
terlalu matang dan ada juga yang matang dengan baik sehingga warnanya menjadi
orange pekat.Setelah pemanasan selama 10 menit pada perlakuan A3 warna orange
pada jeruk pudar.Hal ini disebabkan karena sifat vitamin C yang mudah
teroksidasi, yang membuat warna orange pudar.Vitamin C termasuk golongan
antioksidan karena sangat mudah teroksidasi oleh panas, cahaya, dan logam.Hal
ini sesuai dengan Anonim (2010) yang menyatakan bahwa pigmen-pigmen sari buah dapat berubah oleh
pengolahan.Sari buah mudah terdegradasi oleh pengaruh panas, asam, alkali atau
enzim.Karotenoid mudah rusak oleh pemanasan kering dan oksidasi.
· Aroma
Hasil pratikum mutu sari buah jeruk
terhadap aroma pada perlakuan A2 adalah khas, yang seperti kita
ketahui jeruk mempunyai aroma khas. Setelah
pemanasan selama 10 menit pada perlakuan A2 aroma pada jeruk khas
berkurang. Pemanasan yang
terjadi pada jeruk mengakibatkan oksodasi dan penguapan sehingga aroma khas
pada jeruk berkurang. Hal ini sesuai dengan Anonim (2010) bahwa aroma sari buah
akan mengalami perubahan akibat pemanasan yang lama yaitu penurunan atau
kerusakan karena oksidasi dan proses penguapan saat pemanasan.
·
Kejernihan
Hasil
pratikum mutu sari buah jeruk terhadap kejernihan pada perlakuan A2 tampak
pekat. Setelah pemanasan selama 10 menit tampak keruh.Hal ini terjadi karena
berkurangnya pigmen warna karatenoid pada jeruk yang menguap dan teroksidasi
akibat pemanasan.Hal ini sesuai dengan Anonim (2010), bahwa kenampakan sari
buah akan mengalami penurunan mutu akibat oksidasi dan pemanasan yang lama.
Kejernihan pada sari buah akan tampak keruh dalam pengolahan, yaitu rusak
karena pengaruh pemanasan.
·
Total vitamin C
Hasil
uji total vitamin C pada mutu sari buah jeruk pada perlakuan A2
sebelum pemanasan adalah 0.07744. Setelah pemanasan total vitamin C nya adalah
0.0528. Sifat vitamin C yang mudah teroksidasi oleh panas, cahaya dan
logam.Perlakuan pemanasan maupun pengeringan akan merusak ataupun menurunkan
kandungan vitamin C dalam bahan. Hal ini sesuai dengan Anonin (2010) yang
menyatakan bahwa vitamin Cyang terdapat dalam sari buah akanlebih mudah larut
dengan pemanasan, tanpapemanasan sebagian dari vitamin masih tertinggaldalam
ampas. Kandungan vitamin C yang sedikitkemudian dilakukan pemanasan maka
kadarvitamin C yang dihasilkan akan semakin kecil.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A.
Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diperoleh pada
praktikum ini adalah:
1.
Pemanasan
terhadap sari buah menyebabkan penurunan mutu sari buah secara organoleptik
yang meliputi warna, aroma, rasa, dan kenampakan sari buah tiap tingkat
pemanasan.
2.
Pemanasan
terhadap sari buah dapat menurunkan vitamin C di tiap tingkat pemanasan karena
adanya proses oksidasi.
B. Saran
Saran untuk praktikum
Evaluasi Mutu Sari Buah adalah praktikan harus lebih teliti sehingga
kesalahan-kesalahan dalam praktikum seperti kesalahan titrasi iod bisa
diminimalisir sehingga hasil yang diperoleh sesuai dengan yang diharapkan.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2009. Sari Buah.http://id.wikipedia.org/wiki/sari_buah.
Diakses pada tanggal 03 Oktober 2013, Makassar.
Diakses pada tanggal 03 Oktober 2013, Makassar.
Anonim,
2010.Sari Buah.http://ui.vlsm.org/b
ebas/v12/artikel/pangan/IPB/Sari %20buah.pdf.Diakses pada tanggal 03Oktober
2013.Makassar.
Anonim,
2013.Jeruk.http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/26470/5/Chapter%20I.pdf.Diakses pada tanggal 03 Oktober
2013.Makassar.
Julianti,
Riza. 2010. Ekstrak Sari Buah dan Jelly
Drink. http://www. scribd.com/doc/34639530/Ekstrak-Sari-Buah-Dan-Jelly-Drink.
Diakses pada tanggal 04 Oktober 2013. Makassar
Nugraha,
Aditya Putra. 2008. Penyiapan
Sirup/Larutan Gula untuk
Medium Pengisi dalam Pengalengan Buah dengan Target
Kadar Gula Sirup Final Setelah Sterilisasi.http://sudarmantososastro.wordpress.com/category/buah-sayur/. Diakses pada tanggal 03 Oktober 2013, Makassar.
Medium Pengisi dalam Pengalengan Buah dengan Target
Kadar Gula Sirup Final Setelah Sterilisasi.http://sudarmantososastro.wordpress.com/category/buah-sayur/. Diakses pada tanggal 03 Oktober 2013, Makassar.
Sudarmatoso,
sastro.2012. Sari Buah Jernih.http://sudarmantosastro.wordpress.com/2008/03/30/sari-buah-jernih-clear-fruit-juice.pdf. Diakses Pada tanggal 03 Oktober
2013, Makassar.
Satuhu, 2004. Penanganan dan Pengolahan Pangan. Penebar Swadaya,
Jakarta.
Ishak, 2009.Penuntun Praktikum Aplikasi
Perubahan Kimia Pangan. Tim
Asisten.
Makassar.
Winarno, 2004.Kimia Pangan dan Gizi. Penerbit
PT Gramedia. Jakarta.
Wikipedia,
2013.Jeruk.http://id.wikipedia.org/wiki/Jeruk. Diakses pada tanggal 03 Oktober
2013.Makassar.
Winarno,
F.G. 2004.Kimia Pangan dan Gizi.
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
No comments:
Post a Comment